Saturday, January 26, 2008

Aku terbiasa berbincang berlama – lama denganmu. Di bawah sinar mentari, rembulan, turunnya hujan dan sinar lampu. Tertawa, terpesona. Lalu kita berciuman. Di atas tempat tidur di dalam sebuah kamar, terkadang kita saling menatap, sesudah makan pagi, selepas makan siang dan sebelum tidur.

Pada seorang teman aku bercerita tentangmu. Aku hanya ingin punya seseorang yang kucintai, yang aku bisa bersamanya, bergandengan tangan, berpelukan, berciuman siang dan malam dan bercerita.

Di tempat tidur itu, tempat kita berciuman, kamu menatapku…ooohh…aku suka sekali. Kita berbincang tentang apa saja dan tiba – tiba kita berciuman.

Tetapi…

Kini kita tidak bisa bergandengan tangan lagi, berciuman siang dan malam dan bercerita. Kini kita hanya bisa berbisik – bisik, berbicara dalam hati, bersedih tanpa menangis dan bergembira tanpa tertawa.

Di ujung Desember engkau tersenyum, seperti tangis yang tertahan, seperti sedih yang membuncah. Dan akupun tersungkur dalam ingatan atas semua yang pernah hadir dalam hidupku. Atas kamu yang mencintaiku, atas luka yang kita bagi bersama, atas tawa di siang hari, atas tangis di tengah malam, atas aku yang bercerita tentang semua yang menghubungkan kita. Dari semuanya, ternyata engkau masih bertanya dimanakah cinta. Lihatlah aku, resapi aku. Dan semuanya terdengar seperti kata “sedih”, “bingung” terkadang disisipi kata “bahagia”, terkadang dihampiri kata “penyesalan”.

Semua lalu mulai tertawa. Supir – supir angkutan, pengemis di jalanan, bapak – bapak pulang kerja, ibu – ibu arisan, lampu merah, jalan raya, bunga- bunga, seekor anjing, dua ekor ikan, tiga tangkai mawar, semua tertawa. Bapak – bapak dan ikan pada suara satu, supir angkutan dan tiga tangkai mawar pada suara dua, pengemis dan bunga – bunga pada suara tiga. Yang lainnya tertawa dengan masing – masing caranya. Seperti merdu tapi kacau, seperti indah tapi menusuk hati.

Aku hanya diam tidak bicara. Aku setuju tapi ingin pergi saja. Aku takut, aku gelisah, aku sedih, aku marah. Tapi aku masih cinta kamu.